Apa itu HIV?
HIV berarti Human
Immunodeficiency Virus. HIV hanya menular manusia. HIV menyerang sistem
kekebalan tubuh yang melindungi tubuh terhadap infeksi.
Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV
tidak mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi. Segera setelah terinfeksi,
beberapa orang mengalami gejala yang mirip gejala flu selama beberapa minggu.
Selain itu tidak ada tanda infeksi HIV. Tetapi, virus tetap ada di tubuh dan
dapat menularkan orang lain.
AIDS berarti Acquired Immune
Deficiency Syndrome. Mendapatkan infeksi HIV menyebabkan sistem kekebalan akan
semakin lemah. Keadaan ini akan membuat orang mudah diserang beberapa jenis
penyakit (sindrom) yang kemungkinan tidak mempengaruhi orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang sehat. Penyakit tersebut disebut sebagai infeksi
oportunistik.
Seorang yang terinfeksi HIV dapat
tetap sehat bertahun-tahun tanpa ada tanda fisik atau gejala infeksi. Orang
yang terinfeksi virus tersebut tetapi tanpa gejala adalah ‘HIV-positif’ atau
mempunyai ‘penyakit HIV tanpa gejala’.
Apabila gejala mulai muncul, orang
disebut mempunyai ‘infeksi HIV bergejala’ atau ‘penyakit HIV lanjutan’. Pada
tahap ini seseorang kemungkinan besar akan mengembangkan infeksi oportunistik.
‘AIDS’ merupakan definisi klinis yang diberikan kepada orang terinfeksi HIV.
Definisi AIDS termasuk jumlah sel CD4 di bawah 200 (suatu tes yang menghitung
jumlah sel CD4 – yaitu sel darah penyerang infeksi yang diserang dan dibunuh
oleh HIV), atau mengalami satu atau sejumlah infeksi tertentu, termasuk
tuberkulosis, jenis kanker yang jarang dan penyakit mata, kulit dan sistem
saraf.
Masalah dengan pemakaian definisi
ini adalah:
- definisi ini tergantung pada tes laboratorium yang tidak terdapat di kebanyakan negara berkembang
- definisi AIDS memasukkan infeksi oportunistik yang paling sering ditemukan di Amerika Utara dan Eropa, dan tidak tentu yang ditemukan di wilayah dunia yang lain
- definisi memberikan kesan bahwa tidak dapat dielakkan infeksi HIV akan berkembang menjadi AIDS. Setelah terinfeksi, seseorang terinfeksi HIV seumur hidup tetapi banyak orang bertahun-tahun tetap sehat. Sementara juga ada yang mengalami sakit-sakitan parah selama beberapa waktu namun kemudian sehat kembali
Odha yang mempunyai semakin banyak
informasi, dukungan dan perawatan medis yang baik dari tahap awal penyakitnya
lebih berhasil menangani infeksinya. Obat antiretroviral yang sekarang semakin
terjangkau dapat memperlambat kecepatan penggandaan HIV; obat lain dapat
mencegah atau mengobati infeksi yang disebabkan HIV.
Tidak ada seorang pun yang tahu HIV
dari mana, persisnya cara kerjanya atau bagaimana HIV dapat diberantas dari
tubuh seseorang. Di setiap negara, waktu AIDS pertama muncul, orang menyalahkan
kelompok yang sudah terpinggirkan (dan oleh karena itu pada umumnya lebih mudah
diserang infeksi HIV, karena kemiskinan dan tidak terjangkau oleh layanan dan
informasi). Biasanya yang disalahkan adalah orang ‘dari luar’ atau yang
penampilannya atau perilakunya ‘berbeda’. Semua itu membawa masalah saling
menyalahkan dan prasangka. Artinya juga bahwa banyak orang menganggap bahwa
hanya orang dalam kelompok ini berisiko tertular HIV dan bahwa ‘itu tidak
mungkin terjadi pada saya’. Ketidakpastian mengenai asal usulnya AIDS dan siapa
yang terpengaruhinya juga membuat orang bahkan siap menyangkal bahwa AIDS
sebetulnya ada.
Tes HIV menemukan antibodi HIV dalam
darah. Antibodi itu dibuat oleh sistem kekebalan tubuh sebagai reaksi terhadap
infeksi oleh virus tersebut. Apabila tidak ada antibodi, seseorang disebut
sebagai antibodi negatif (seronegatif atau HIV-negatif). Hasil tes dapat
negatif apabila seseorang baru saja terinfeksi, karena setelah terinfeksi
pembentukan antibodi makan waktu sampai tiga bulan. Masa antara infeksi dan
terbentuknya cukup banyak antibodi untuk menunjukkan hasil tes positif disebut
‘masa jendela’. Setiap orang yang mungkin terinfeksi selama tiga bulan terakhir
harus dites ulang tiga bulan setelah tes pertama, bila hasil tes pertama negatif.
Seseorang selalu harus diberikan penyuluhan (konseling) sebelum dan setelah tes
HIV. Tes HIV tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan berdasarkan informasi
lengkap (informed consent) dari yang bersangkutan.
HIV terdapat di darah seseorang yang
terinfeksi (termasuk darah haid), air susu ibu, air mani dan cairan vagina.
- Pada saat berhubungan seks tanpa kondom, HIV dapat menular dari darah orang yang terinfeksi, air mani atau cairan vagina langsung ke aliran darah orang lain, atau melalui selaput mukosa yang berada di bagian dalam vagina, penis atau dubur.
- HIV dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung HIV atau melalui alat suntik atau alat tindakan medis lain yang tercemar.
- HIV dapat disalurkan ke bayi saat kehamilan, kelahiran, dan menyusui. Bila tidak ada intervensi, kurang lebih sepertiga bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu dengan HIV akan tertular.
HIV hanya dapat hidup di dalam tubuh
manusia yang hidup dan hanya bertahan beberapa jam saja di luar tubuh.
- HIV tidak dapat menular melalui air ludah, air mata, muntahan, kotoran manusia dan air kencing, walaupun jumlah virus yang sangat kecil terdapat di cairan ini. HIV tidak ditemukan di keringat.
- HIV tidak dapat menembus kulit yang utuh dan tidak menyebar melalui sentuhan dengan orang yang terinfeksi HIV, atau sesuatu yang dipakai oleh Odha; saling penggunaan perabot makan atau minum; atau penggunaan toilet atau air mandi bergantian.
- Perawatan seseorang dengan HIV tidak membawa risiko apabila tindakan pencegahan diikuti seperti membuang jarum suntuk secara aman dan menutupi luka.
- HIV tidak menular melalui nyamuk atau serangga pengisap darah yang lain. Kebanyakan serangga tidak membawa darah dari satu orang ke orang lain ketika mereka menggigit manusia. Parasit malaria memasuki aliran darah dalam air ludah nyamuk, bukan darahnya.
Yang dimaksud adalah melakukan
sesuatu yang membawa risiko tinggi terkena infeksi pada dirinya atau orang
lain. Kita biasanya tidak tahu siapa terinfeksi HIV dan siapa yang tidak,
termasuk dirinya sendiri, jadi kegiatan berikutnya termasuk berisiko tinggi:
- berhubungan seks dengan memasuki vagina atau dubur tanpa memakai kondom. Laki-laki dengan HIV dapat menulari baik pasangan laki-laki maupun perempuan saat berhubungan seks melalui dubur tanpa perlindungan
- memakai jarum suntik dan semprit (insul), atau alat tindakan medis yang tidak steril, baik pada dirinya maupun orang lain, yang mungkin tercemar oleh darah orang lain
- menerima transfusi darah yang terinfeksi
Seks yang lebih aman adalah setiap
hubungan seks yang tidak berkaitan dengan air mani, cairan vagina dan darah
yang masuk tubuh orang lain atau menyentuh kulit terluka, misalnya:
- kegiatan seks tanpa penetrasi – dengan merangsang alat kelamin kita atau pasangan kita (onani), seks paha, memijat atau mencium
- memakai kondom saat berhubungan seks melalui vagina atau dubur
- seks dengan mulut (kontak mulut dengan alat kelamin laki-laki atau perempuan) risikonya lebih rendah dibandingkan hubungan seks dengan penetrasi vagina atau dubur tanpa kondom
- tidak berhubungan seks (menahan nafsu) adalah aman
Apabila kita terinfeksi HIV, adalah
sangat penting kita mempraktekkan seks yang lebih aman, agar:
- mencegah penularan HIV ke orang yang HIV-negatif atau yang tidak tahu status HIV-nya
- menjauhkan diri dari infeksi menular seksual (IMS) lain, seperti kencing nanah (gonore) atau sifilis, dan/atau infeksi oportunistik yang dapat ditularkan melalui seks, misalnya sitomegalovirus (CMV) atau hepatitis A, B dan C
- mencegah penularan HIV ulang (reinfection). Itu berarti ditulari jenis atau sub-tipe HIV yang lain (ada dua jenis HIV – HIV-1 yang telah ditemukan delapan sub-tipenya, dan HIV-2) atau dengan HIV yang sudah resistan (kebal) terhadap obat. Semua itu dapat meningkatkan jumlah virus (viral load) dalam tubuh dan resistansi terhadap obat antiretroviral (virus menjadi kebal terhadp obat)
No comments:
Post a Comment