Saat
lahir ke dunia ini, sepertinya aku menggantikan ayah yang telah meninggal
dunia, menduluiku. Ayahku “pergi” padahal kami belum sempat bertemu dan
bercanda.
Pada
musim panas tahun 1984, ayah meninggal karena kecelakaan lalu lintas saat
perjalanan dinas ke Hiroshima.
“jaga
baik-baik kandunganmu, ya. Selama aku dinas di luar kota, jangan cemas. Anak
kita pasti lahir dengan sehat dan lucu. Itu adalah kata-kata terakhir yang
diucapkan Ayah pada Ibu.
Akan
tetapi, keluarga ayah menentang hubungannya dengan ibu dan tidak ingin mereka
menikah. Padahal aku sudah ada dalam kandungannya Ibu.
Dirumah
sakit, Ibu diinfus selama sepuluh hari, supaya aku tetap hidup didalam
rahimnya, tetap bertahan sampai waktuku untuk lahir tiba. Akan tetapi, dokter
mengatakan, aku sebaiknya segera dikeluarkan karena membahayakan kesehatan Ibu.
“Biasanya,
seorang bayi harus berada di dalam perut ibunya selama 40minggu, tetapi anak
Anda baru memasuki minggu ke-20. Jika tidak segera dilahirkan, akan
membahayakan anda. Tetapi jika anda melahirkannya sekarang, kemungkinan besar
dia tidak bias ditolong, kalau pun bias bertahan, dia akan cacat,”kata doter,
langsung menyarankan supaya aku tidak usah dilahirkan saja. Dengan kata lain
“digugurkan”. Begitu cerita Ibu kepadaku.
“Tapi
Dok, didalem perutku ini ada nyawa. Tolong Dok, berbuatlah sesuatu supaya
anakku hidup. Aku sudah kehilangan ayahnya, aku tak ingin kehilangan anak ini
“kata Ibu, apa pun yang terjadi, Ibu sudah memutuskan agar aku terus hidup.
“Ibu,
saya mengerti bagaimana perasaan seorang ibu pada anaknya. Tetapi anda juga
harus tahu, kalau anda terlalu lama diinfus, anak ini bias terkena infeksi.
Saya usul, sebaiknya digugurkan saja.”Dokter berusaha membujuk Ibu agar
merelakan aku. Tanggal 21 agustus malam, aku lahir dalam keadaan koma. Aku sama
sekali tidak menangis. Beratku hanya 500 gram. Begitu kecilnya aku hingga bias
digenggam. Kepalaku sebesar telur dan jari-jariku sekurus tusuk gigi. Bayi
sepertiku disebut premature. Aku langsung dipindahkan ke incubator.
Ibu
melihatku. Perlahan-lahan matanya berkaca-kaca. Air mata mrngalir dan terus
mengalir.
“Maafkan
Ibu! Maafkan Ibu, Nak, “tangisnya, merasa bersalah melahirkanku terlalu cepat.
Sebuah
masker oksigen terpasang di hidungku dan sebuah selang di mulutku. Ada juga
selang infuse lain yang terpasang didadaku. Mesin-meisn yang membalutku
bertatung supaya tetap hidup walaupun dengan tubuh yang seadanya.
Susu
yang pertama kali kuminum adalah susu dari selang yang dimasukkan ke mulutku.
Itu pun hanya 1 cc. Ibu bergembira melihatku mau minum susu walaupun hanya
sedikit. Suatu perkembangan yang baik, pikirnya.
“Anakku,
Ibu akan membantumu. Teruslah berjuang! Ayo anakku, jangan lemah. “ Ibu terus
berada disampingku, menyemangati. “ Teruslah hidup!” Itulah yang sering
diucapkan Ibu saat menjengukku. Kalimat yang menjadi kekuatanku untuk terus
bertahan hidup. Setiap hari Ibu datang kerumah sakit, membawakan ASI untukku.
Selama di rumah sakit, pasti setiap hari Ibu berdiri disampingku.
Ibu
bercerita bahwa saat itu dia sudah menetapkan nama untukku. Satu huruf, ki, diambil dari namanya. Huruf mi mempunyai arti supaya hatiku tetap
cantik. Huruf yu, supaya aku bias
hidup dengan bebas. Aku diberi nama Miyuki, supaya bias dicintai dan disayangi
oleh orang lainKutipan Novel Best Seller Miyuki Inoue "Aku terlahir 500gr dan Buta"
No comments:
Post a Comment