Pelajari apa yang belum pernah kau pelajari selama kau masih mampu melakukannya

18 May 2012

Waktu Bayi Aku Hanya Sebesar Gengaman Tangan



         Saat lahir ke dunia ini, sepertinya aku menggantikan ayah yang telah meninggal dunia, menduluiku. Ayahku “pergi” padahal kami belum sempat bertemu dan bercanda.
          Pada musim panas tahun 1984, ayah meninggal karena kecelakaan lalu lintas saat perjalanan dinas ke Hiroshima.
          “jaga baik-baik kandunganmu, ya. Selama aku dinas di luar kota, jangan cemas. Anak kita pasti lahir dengan sehat dan lucu. Itu adalah kata-kata terakhir yang diucapkan Ayah pada Ibu.
          Akan tetapi, keluarga ayah menentang hubungannya dengan ibu dan tidak ingin mereka menikah. Padahal aku sudah ada dalam kandungannya Ibu.
          Dirumah sakit, Ibu diinfus selama sepuluh hari, supaya aku tetap hidup didalam rahimnya, tetap bertahan sampai waktuku untuk lahir tiba. Akan tetapi, dokter mengatakan, aku sebaiknya segera dikeluarkan karena membahayakan kesehatan Ibu.
          “Biasanya, seorang bayi harus berada di dalam perut ibunya selama 40minggu, tetapi anak Anda baru memasuki minggu ke-20. Jika tidak segera dilahirkan, akan membahayakan anda. Tetapi jika anda melahirkannya sekarang, kemungkinan besar dia tidak bias ditolong, kalau pun bias bertahan, dia akan cacat,”kata doter, langsung menyarankan supaya aku tidak usah dilahirkan saja. Dengan kata lain “digugurkan”. Begitu cerita Ibu kepadaku.
          “Tapi Dok, didalem perutku ini ada nyawa. Tolong Dok, berbuatlah sesuatu supaya anakku hidup. Aku sudah kehilangan ayahnya, aku tak ingin kehilangan anak ini “kata Ibu, apa pun yang terjadi, Ibu sudah memutuskan agar aku terus hidup.
          “Ibu, saya mengerti bagaimana perasaan seorang ibu pada anaknya. Tetapi anda juga harus tahu, kalau anda terlalu lama diinfus, anak ini bias terkena infeksi. Saya usul, sebaiknya digugurkan saja.”Dokter berusaha membujuk Ibu agar merelakan aku. Tanggal 21 agustus malam, aku lahir dalam keadaan koma. Aku sama sekali tidak menangis. Beratku hanya 500 gram. Begitu kecilnya aku hingga bias digenggam. Kepalaku sebesar telur dan jari-jariku sekurus tusuk gigi. Bayi sepertiku disebut premature. Aku langsung dipindahkan ke incubator.
          Ibu melihatku. Perlahan-lahan matanya berkaca-kaca. Air mata mrngalir dan terus mengalir.
          “Maafkan Ibu! Maafkan Ibu, Nak, “tangisnya, merasa bersalah melahirkanku terlalu cepat.
          Sebuah masker oksigen terpasang di hidungku dan sebuah selang di mulutku. Ada juga selang infuse lain yang terpasang didadaku. Mesin-meisn yang membalutku bertatung supaya tetap hidup walaupun dengan tubuh yang seadanya.
          Susu yang pertama kali kuminum adalah susu dari selang yang dimasukkan ke mulutku. Itu pun hanya 1 cc. Ibu bergembira melihatku mau minum susu walaupun hanya sedikit. Suatu perkembangan yang baik, pikirnya.
          “Anakku, Ibu akan membantumu. Teruslah berjuang! Ayo anakku, jangan lemah. “ Ibu terus berada disampingku, menyemangati. “ Teruslah hidup!” Itulah yang sering diucapkan Ibu saat menjengukku. Kalimat yang menjadi kekuatanku untuk terus bertahan hidup. Setiap hari Ibu datang kerumah sakit, membawakan ASI untukku. Selama di rumah sakit, pasti setiap hari Ibu berdiri disampingku.
          Ibu bercerita bahwa saat itu dia sudah menetapkan nama untukku. Satu huruf, ki, diambil dari namanya. Huruf mi mempunyai arti supaya hatiku tetap cantik. Huruf yu, supaya aku bias hidup dengan bebas. Aku diberi nama Miyuki, supaya bias dicintai dan disayangi oleh orang lain

Kutipan Novel Best Seller Miyuki Inoue "Aku terlahir 500gr dan Buta"





No comments:

Post a Comment